Sabtu, 26 November 2011

Microsoft Cari Local Heroes Software di Indonesia

TEMPO Interaktif, Jakarta - Microsoft Indonesia kini sedang mencari para "local heroes" yang sukses mengembangkan software buatannya. "Untuk mendorong semakin banyak orang membuat software," kata Hermawan Sutanto, Director Central Marketing Organization Microsoft Indonesia, di Jakarta, Jumat, 21 Oktober 2011. Menurut dia, setidaknya ada tiga kriteria yang menjadikan sebuah perusahaan atau seseorang menjadi local heroes peranti lunak. Pertama, mereka sudah terjun di dunia bisnis dan berkembang. Kedua, belum masuk ke dunia bisnis, tapi sudah memiliki business plan yang jelas. Ketiga, para pembuat software yang memiliki potensi untuk terus mengembangkannya. Hermawan mencontohkan, ada satu perusahaan software di Tanah Air, PT Intersoft Solutions, yang berhasil menembus pasar Eropa dan Amerika Utara. "Perusahaan ini menjual modul share point untuk membuat aplikasi," ujarnya.

Ada pula Knowledge Center Terpadu yang berbasis komputasi awan yang diterapkan di Provinsi Papua. Portal www.papuadev.info yang berbasis cloud ini dibangun oleh Dinas Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi Provinsi Papua dan Badan Pusat Statistik Papua. Hermawan menjelaskan bahwa Microsoft mendorong masyarakat Indonesia untuk membuat software supaya mereka sadar bahwa peranti lunak pun dapat memberikan penghasilan. "Selain itu juga supaya masyarakat sadar akan Hak Kekayaan Intelektual," katanya. Perusahaan yang didirikan Bill Gates ini menerapkan program DreamSpark sebagai sarana bagi siapa saja untuk dapat membuat peranti lunak. Di Indonesia, program tersebut digelar dengan menggandeng sekitar 15 perguruan tinggi di berbagai daerah, seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Bina Nusantara, dan sebagainya. Hermawan, yang baru "datang" dari kantor pusat Microsoft di Redmond, Washington, Amerika Serikat, menyayangkan masih sedikitnya peserta DreamSpark di Indonesia yang jumlahnya "baru" ratusan orang. Sementara di negara-negara, seperti Brasil, Cina, dan India, peserta DreamSpark mencapai ribuan orang. "Bisa jadi karena belum mengetahui informasinya atau belum dapat inspirasi akan membuat software apa," katanya.(RINI KUSTIANI)

0 comments:

Posting Komentar