Sabtu, 05 November 2011

Prosesor “Xirka” Bermuatan Chips WiMax Produksi Industri TIK Nasional

Ditengah segala keterbatasan dana riset Pemerintah dan apalagi institusi swasta Nasional umumnya di Indonesia yang dalam himpitan krisis ekonomi global yang masih terus berlangsung selepas tengah tahun 2008 yl ; ternyata bisnis layanan teknologi TIK di tanah air dapat tetap tumbuh positip malahan mampu melahirkan suatu langkah maju yang amat penting, yakni dengan peluncuran untuk pertama kali produksi microchips prosesor “XirkA” yang dirancang serta diproduksi sendiri di tanah air.

Adalah ahli rekayasa IC : Intergrated Chips yang juga dosen STIE-ITB yakni; Trio Adiono PhD, bekerjasama dengan alumni Ilmu Komputer lulusan Jepang : Eko Fajar Nurprasetyo PhD yang untuk pertama kalinya berhasil merekayasa chipsets “Xirka” dengan produksi yang dilaksanakan perusahaan Xirka Management yang berlokasi di Batam. “Xirka” ini mengunggulkan muatan chipsets WiMax yang memenuhi standard IEEE 802.16e-2005 dengan transfer data teknologi 4G. Dalam prakteknya chipsets “Xirka” dapat disematkan dalam perangkat USB untuk mobile broadband wireless access ataupun komponen chipsets untuk akses jaringan jenis WiMax : “Worldwide interoperability for microwave access” yang dalam perencanaan jaringan TIK Nasional akan segera digelar di tanah air.


Dalam ajang kompetitif Asia-Pasifik “Xirka” berhasil meraih penghargaan APICTA : Asia Pacific Information Communication Technology Award Desember 2008 yl dengan menyisihkan partisipan industri global terkemuka dari berbagai negara.

Dengan keunggulan spesifikasinya maka WiMAX dalam pandangan kalangan Pengamat IT global dapat menjadi salah satu pilihan sistem jaringan komunikasi masa depan : “Next Generation Networks” yang sungguh menjanjikan dan dapat menjadi saingan berat untuk operasional layanan jaringan seluler GSM jenis akses data kecepatan tinggi HSDPA 3.5G ataupun CDMA-EVDO masa kini berkapasitas layanan transfer data hingga : 3.1 Mbps.

Atas keberhasilan produksi prosesor “Xirka” ini kini membuat Indonesia termasuk menjadi salah satu negara baru masuk dalam “Klub Negeri Produsen chipsets WiMax” yang hinga kini secara eksklusif hanya terdiri atas deretan Negara Industri Maju : AS, Perancis, Canada, Korea dan Jepang. Jaringan WiMax sendiri sejauh ini diseluruh dunia baru digelar di Negara AS dan Korea yang pertama kali mendemontrasikan jaringan WiMax dalam menyambut ajang konferensi OPEC 2002 di Seoul {perkembangan kemudian WiMax disebut juga dengan istilah WiBro}.

Telah menjadi rahasia umum dalam dunia riset di tanah air bahwa pada masa sebelumnya setiap kali Perekaya TIK Indonesia berhasil atau bereksperimen membuat chipsets aplikasi komputer versi lab, maka setiap kali pula dengan terpaksa harus menyerahkan rancangan untuk dicetak di lab komputasi produksi integrated chips luar negeri; yakni biasanya di negara tetangga Singapore.

Ilmuwan berkeahlian Teknik Elektro dari kampus ITB telah melahirkan sejumlah tokoh yang harum namanya dalam pengembangan TIK di tanah air a.l: Prof. Samaun Samadikun sebagai sosok yang pada tahun 1960-an merintis pengembangan konsepsi “BHTV : Bandung Hi-Tech Valley” —kawasan sentra industri IT/Teknologi yang berpusat di kota Bandung yang meniru konsepsi industri Silicon Valley di California – AS—
ataupun Prof. Dr Iskandar Alisjahbana guru besar ITB yang disebut sosok tokoh yang merumuskan penerapan Teknologi Satelit yang amat vital sebagai tulang punggung jaringan yang menjamin terjalinnya komunikasi telepon dari ujung Barat hingga ke Timur di setiap pelosok desa terpencil di Nusantara hingga pantas jika ia —bekerja sama dalam bisnis telekomunikasi telepon satelit dengan alumni Universitas Caltech – AS : Adi Rahman Adiwoso— dijuluki “Bapak Komunikasi Satelit Nasional”.

Dan kini tidaklah berlebihan apabila sejumlah kalangan Pengamat IT Nasional dengan penuh rasa berbangga hati ada yang telah bersiap menyematkan gelar menokohkan pasangan Trio Adiono, PhD. dan Eko Fajar Nurprasetyo, PhD. sebagai “Bapak Chipset Indonesia” masa kini.

0 comments:

Posting Komentar